Upaya medis yang dapat dikerjakan pada penyakit jantung bawaan        
Written by Irfan Arief     
Wednesday, 26 September 2007  
(Dr. Dicky Fachri, SpBTKV). Kata “bawaan” dalam Penyakit Jantung Bawaan (PJB) berarti sudah terjadi sebelum anak dilahirkan.  Kelainan timbul karena jantung atau pembuluh darah sekitar jantung tidak terbentuk sebagaimana mestiny.  Sebagian besar kasus tidak diketahui penyebabnya dan multifaktorial.  Faktor-faktor yang menyebabkan di antaranya adalah infeksi virus rubella (German Rubella) pada masa kehamilan ibu, genetik misalnya pada Sindroma Down, ataupun riwayat obat-obatan yang dimakan selama kehamilan. 
 
Secara garis besar kelainan yang nampak pada saat bayi dilahirkan dapat berupa biru atau tidak biru.  Sering kali bayi juga menunjukkan gejala gagal tumbuh kembang, ataupun sakit saluran pernapasan berulang. Penyakit jantung bawaan ada yang sederhana dan ada yang rumit, untuk mengatasinya diperlukan rangkaian pemeriksaan dan sebagian besar akan memerlukan tindakan operasi.  
Di Indonesia diperkirakan 40.000 bayi lahir dengan PJB setiap tahun. Sebagian besar meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun. Sedangkan cakupan pembedahan PJB di Indonesia baru berkisar 800-900 kasus (80% dilakukan di RS Jantung Harapan Kita) per tahun, jadi masih jauh di bawah kebutuhan. Keterbatasan ini disebabkan terutama karena masalah biaya, di samping fasilitas diagnostik dan pembedahan yang masih belum tersebar di seluruh Indonesia.
 
     
Bagaimana PJB Di diagnosis
PJB yang berat dapat dikenali dan didiagnosa pada masa bayi. Namun kelainan yang cukup bermakna dapat ditemukan  setiap saat pada usia anak-anak. Pada sebagian kecil kasus, kelainan tidak dapat dikenali sampai usia remaja atau dewasa. Bila PJB yang di derita cukup berat, seorang  dokter akan mengirim anak untuk diperiksa oleh dokter ahli jantung anak.
 
Tahapan pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik, laboratorium dan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dari yang sederhana seperti Rontgen dan EKG. Dilanjutkan dengan pemeriksaan ekokardiografi. Sebagian besar kasus dapat terdiagnosis dengan tepat hanya menggunakan ekokardiografi. Bila diperlukan data yang lebih akurat dilakukan pemeriksaan kateterisasi. Dengan kateterisasi dokter jantung dapat mempelajari bentuk anatomi jantung dan fungsinya secara tepat.  
 
Hasil semua pemeriksaan akan dibahas dalam suatu konferensi bedah antara dokter jantung anak  dan dokter bedah jantung anak. Dalam konferensi itu dibahas tentang diagnosis, indikasi operasi, saat yang  terbaik menjalani operasi serta prospek jangka  pendek dan jangka panjang.  
 
Upaya Medis
Setelah penderita didiagnosis PJB, maka pengobatan yang diberikan dapat berupa hanya pemberian obat, dapat pula berupa intervensi non bedah  atau dengan cara pembedahan. Intervensi non bedah dikerjakan oleh dokter kardiologi anak dengan menggunakan kateterisasi. Kelainan yang dapat dikerjakakan terbatas pada beberapa kelainan saja seperti penutupan celah pada septum atrium (ASD),  penyumbatan pada PDA, ataupun pada beberapa kelainan katup. Pada kasus kasus emergensi dapat dikerjakan intervensi non bedah sebelum dilanjutkan dengan operasi (Ballon atrial septostomy).  Sebagian besar kasus PJB harus dilakukan dengan upaya pembedahan.
 
Secara umum pembedahan pada kelainan jantung bawaan dapat dibagi atas 2 kategori yaitu pembedahan korektif dan pembedahan paliatif.  Pembedahan korektif adalah tindakan bedah yang bertujuan untuk membuat anatomi jantung menjadi normal sehingga fungsinya menjadi normal kembali. Kadang kadang kondisi jantung anak terlalu rumit untuk dilakukan operasi yang bersifat korektif.  Sehingga sering pula dilakukan operasi yang bersifat paliatif. Operasi paliatif merupakan operasi perantara sebelum dilakukan operasi korektif di kemudian hari. Namun operasi paliatif ini dapat juga merupakan operasi definitif (tidak bisa dilakukan operasi korektif lagi karena rumitnya kelainan jantung pada anak). Jadi terlihat bahwa pembedahan pada PJB tidak selalu dapat dikerjakan satu tahap.
 
Bila dilihat dari jenisnya, operasi jantung terbagi dalam 2 macam yaitu operasi jantung “terbuka” dan operasi jantung “tertutup”. Operasi jantung terbuka adalah operasi yang memerlukan bantuan mesin jantung-paru, sehingga selama operasi, jantung dapat dihentikan   sementara dan fungsi untuk menyuplai darah ke seluruh tubuh di ambil alih oleh mesin. Sedangkan operasi jantung tertutup merupakan operasi yang dikerjakan tanpa menggunakan mesin jantung paru, dan operasi dilakukan dengan jantung tetap berdenyut.  
 
Operasi jantung merupakan prosedur yang “rumit”. Diperlukan tim yang terdiri dari 2 orang dokter bedah, 1 orang ahli anestesi, 1 orang ahli perfusi, 2 orang perawat bedah dan 1orang teknisi. Masing-masing ahli berpengalaman dalam bidang tugasnya, dan mampu bekerjasama dengan baik. Pasca operasi pasien membutuhkan perawatan intensif di ICU khusus di mana pengawasan dilakukan secara ketat. Dengan kemajuan pengetahuan dan teknologi, walaupun operasi jantung merupakan operasi yang rumit, sekarang sudah dapat memberikan hasil yang baik.
 
 
Beberapa PJB Yang Sering ditemui
 
 
VSD (Ventrikular Septal Defect). Secara harfiah VSD berarti terdapat lubang pada sekat bilik jantung. Merupakan PJB yang paling sering di jumpai. VSD yang besar menyebabkan lebih banyak darah yang bocor dari bilik kiri ke kanan sehingga akan meningkatkan aliran serta tekanan pada sirkulasi paru – paru. Hal ini akan menimbulkan beban kerja pada jantung sehingga terjadi gejala – gejala gagal jantung pada anak yang menderitanya, yaitu; nafas cepat, berkeringat banyak dan tidak kuat menghisap susu. Apabila dibiarkan pertumbuhan anak akan  terganggu dan sering  menderita batuk disertai demam.  Pembedahan  merupakan   cara pengobatan yang  terbaik, dan biasanya dilakukan pada  usia  3 atau  4 bulan. VSD  ukuran  sedang  dapat  diobati  dan diamati  sampai  beberapa  tahun, dengan  harapan   dapat mengecil atau menutup spontan. Operasi perlu dilakukan apabila  VSD  tetap ada,  biasanya pada  usia  prasekolah yaitu 3-5 tahun.
ASD (Atrial Septal Defect). Ada beberapa  macam ASD, namun  prinsipnya  adalah  adanya lubang  pada   sekat serambi jantung. Terjadilah kebocoran darah “bersih” dari  serambi  kiri  ke kanan sehingga  bilik kanan  membesar  dan aliran darah  ke paru paru meningkat. ASD  biasanya  tidak menimbulkan  masalah  pada  masa  kanak-kanak, tetapi  akan  terjadi gagal jantung  dikemudian  hari pada  dekade  ke 2  atau 3, terutama  bila lubangnya  cukup besar. Operasi  biasanya  dianjurkan  pada  usia prasekolah, kecuali  apabila  lubangnya  besar sehingga  menimbulkan gejala  gagal jantung  lebih dini.  Selain operasi ASD yang kecil dapat ditutup dengan intervensi non bedah dengan menggunakan ASO (Atrial septal occluder).
 
PDA (Patent Ductus Arteriosus). Ductus arteriosus adalah pembuluh yang menghubungkan antara aorta dengan  arteri pulmonalis, normalnya menutup spontan pada minggu pertama setelah lahir. Karena suatu sebab proses penutupan tidak terjadi, sehingga  timbulah penyakit  yang  disebut Patent Ductus Arteriosus. Darah dari aorta akan mengalir melalui PDA ke  arteri pulmonalis  sehingga  aliran darah paru  akan meningkat. Tindakan  untuk menutup PDA diperlukan  apabila ukurannya besar, dapat secara  pembedahan atau pemasangan  coil  melalui kateter oleh Kardiolog.
Coartatio aorta (penyempitan  aorta). Aorta adalah  pembuluh utama yang  keluar dari bilik  kiri, mengalirkan darah keseluruh  tubuh. Penyempitan pada  aorta sering  terjadi setelah  percabangan  ketubuh  bagian atas, sehingga aliran darah  ketubuh  bawah berkurang. Tekanan  darah di kepala dan kedua lengan  tinggi, sedangkan tekanan darah ketubuh  bagian  bawah rendah. Coarctatio aorta sering menyebabkan gagal jantung sehingga memerlukan  pembedahan  bahkan  pada minggu-minggu  pertama kehidupan. Coarctatio aorta sering terjadi bersamaan  dengan  kelainan  jantung  yang lain,  sehingga  perlu  perbaikan  sekaligus.
Tetralogi of Fallot (TOF). TOF adalah  PJB biru yang paling  banyak terjadi. Penyakit ini  merupakan  kombinasi  dari 4 macam kelainan yaitu : VSD, Stenosis pulmonalis, aorta “mengangkang”, dan penebalan otot dinding  bilik kanan. Darah “biru” yang seharusnya dipompakan oleh bilik kanan ke paru paru karena penyempitan katup pulmonal, akan masuk ke aorta melalui VSD. Akibatnya darah yang didistribusikan keseluruh tubuh oleh jantung mengandung  banyak  darah “kotor” yaitu darah  yang kadar  oksigennya  rendah, dan  berwarna merah gelap. Anak akan tampak kebiruan  terutama  pada  bibir dan kuku. Operasi  untuk kondisi TOF dilakukan setelah usia 1 tahun. Kadang kadang  karena suatu sebab  tidak  mungkin  dilakukan  operasi  korektif, tapi harus  melalui  operasi  bertahap. Operasi tahap pertama berupa  pemasangan  pembuluh  buatan  antara  aorta  atau  cabangnya  ke arteri pulmonalis agar aliran darah ke paru  bertambah.
TGA (Transposition  of the  Great  Arteries). Pada penyakit ini aorta berasal dari bilik kanan dan  menerima  darah “biru”, sementara  arteri pulmonalis  berasal dari bilik  kiri dan menerima darah “merah”. Bayi menjadi kebiru biruan segera  setelah  lahir  dan  memerlukan  penanganan segera. Untuk dapat bertahan hidup, tergantung  dari peran ductus arteriosus (PDA) atau lubang lubang pada sekat jantung (ASD, VSD) sampai  dilakukan  pembedahan. Ductus  arteriosus dapat  dipertahankan terbuka  dengan obat Prostagladin, namun harganya  sangat mahal dan pemberiannya harus dengan pengamatan di ICU.
 
Lubang  kecil pada sekat serambi jantung dapat diperlebar memakai balon  catheter (BAS = ballon atrial septostomy) dilakukan oleh kardiolog di ICU  dan di kamar  catheterisasi. Tindakan  operasi sangat penting  untuk  dilakukan pada usia  1 minggu sampai 6 minggu; sebelum terjadi  masalah yang  lebih sulit lagi. Jenis operasi  yang  dilakukan ada beberapa macam, tapi yang  paling  baik namanya  arterial switch karena  walaupun sulit  tapi hasil akhir menyerupai anatomi  jantung normal. 
 
Kesimpulan
     
Keberhasilan pembedahan PJB tergantung pada banyak faktor dan banyak pihak. Deteksi dini mutlak diperlukan dalam penanganannya, sehingga anak tidak terlambat mendapat terapi yang adekuat. Bila PJB tidak diintervensi secara tepat, maka anak akan menjalani komplikasi yang makin berat, bahkan sampai pada suatu keadaan di mana tim dokter tidak dapat berbuat apa-apa.
 
Dengan tulisan ini diharapkan bahwa masyarakat lebih memahami bahwa pembedahan pada PJB di Indonesia sudah berkembang dengan pesat.  Yang sangat diperlukan adalah dukungan dari berbagai pihak.  Mulai dari keluarga, dokter di daerah, dan pemerintah yang memberikan dukungan penuh baik dari segi penyuluhan maupun dana dan fasilitas, untuk mengoptimalkan pelayanan jantung pada PJB khususnya pada intervensi yang lebih dini.
Wednesday, December 26, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)

 
No comments:
Post a Comment